SEJARAH DAN KULTUR SEPAKBOLA DEMAK DAN KUDUS 'BAGAIKAN LANGIT DAN BUMI'



Jenangbledeg -  Demak dan Kudus merupakan 2 kota yang berada di Utara pulau Jawa yang secara geografis saling berdekatan. Demak dan Kudus menjadi terkenal dimata para pelancong karena kultur sejarah dan budaya islami yang sangat kuat. Oleh karenanya kedua kota ini seringkali mendapatkan sebutan kota wali.

Di Demak terdapat satu Walisongo yakni Raden Said atau lebih familiar dengan sebutan Sunan Kalijaga. Sedangkan di Kudus ada dua Walisongo yakni Syech Ja'far Shodiq atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Raden Umar Said atau lebih dikenal dengan nama Sunan Muria.

Kedekatan emosional kedua kota ini menjadi semakin erat mengingat sunan Muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga.

Kesamaan kultur dan budaya religius antar kedua kota ini ternyata tidak berlaku di sepak bola. Kultur dan sejarah sepakbola Demak dan Kudus bisa diibaratkan seperti  'bagaikan langit dan bumi'.

Mengapa demikian? Mari kita sejenak menengok kebelakang. Di kawasan regional Jawa tengah khususnya di pantai Utara Jawa, sepakbola kudus sudah menggeliat sejak era perserikatan. Bahkan pada tahun 1990 Kudus memiliki 2 tim yang mewakili 2 kompetisi yang sedang digandrungi saat itu. Persiku mewakili Perserikatan dan Gajahmungkur muriatama mewakili kompetisi Galatama. Setelah perserikatan dan Galatama dilebur menjadi Liga Indonesia I, Kudus juga turut menjadi kontestan di kompetisi sepakbola kasta tertinggi di Indonesia tersebut.

Menginjak tahun 2000 keatas Persiku mengalami pasang surut prestasi. berbagai macam kasta mulai dari Divisi II B, Divisi II A divisi I, Divisi Utama hingga Copa Indonesia pernah dicicipi.  Kehadiran suporter Kudus ke stadion yang selalu memenuhi stadion setiap Persiku bertanding turut menjadi nafas semarak sepakbola Kudus di kancah persepakbolaan nasional. Hingar binggar tersebut masih terjaga setidaknya hingga musim 2014. 

Sedangkan mulai tahun 2015 hingga saat ini bisa dibilang menjadi masa kelam atau kemunduran sepakbola kudus yang hanya berkutat di kasta terendah liga.

Mari kita menengok sepakbola Demak. Bila dibandingkan dengan kudus. Sepakbola Demak bisa dibilang kurang begitu menggeliat. Tengok saja tim PSD demak atau Persatuan Sepakbola Demak. Setidaknya sejak era 2000-an PSD hanyalah sebuah tim yang menghiasi kasta terbawah kompetisi regional Jawa Tengah.

Tetapi seiring berjalannya waktu, lambat laun PSD mulai bisa menyaingi pamor tetangganya. Terbukti di musim komoetisi 2018, PSD yang bermain di Liga 3 Jateng mampu lolos hingga ke babak regional Jawa. Dan di piala Indonesia 2018 PSD mampu lolos hingga babak 128 besar. Suatu pencapaian yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan Persiku yang hanya sampai pada fase grup Liga 3 Jateng 2018.

Tercatat PSD dan Persiku hanya sekali bertemu di kompetisi resmi. Pertemuan Pertama dan terakhir PSD dan Persiku di kompetisi liga resmi terjadi pada Liga Nusantara musim 2015. Saat itu pertandingan dilaksanakan di stadion Pancasila Demak. Persiku berhasil mempermalukan tuan rumah dengan skor akhir 1-4.

Bagaimana dengan pertandingan besok? Patut untuk dinantikan.

Admin Andre

SEJARAH DAN KULTUR SEPAKBOLA DEMAK DAN KUDUS 'BAGAIKAN LANGIT DAN BUMI' SEJARAH DAN KULTUR SEPAKBOLA DEMAK DAN KUDUS 'BAGAIKAN LANGIT DAN BUMI' Reviewed by jenang bledeg on Juli 27, 2019 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.