Andre Kurniawan
![]() |
Persiku vs Persekat Foto: Annam Kuwox |
Jenangbledeg - Persiku Kudus berhasil menutup
musim 2024/2025 dengan senyuman. Pasalnya kemenangan atas Persekat Tegal di
laga pamungkas pada Selasa (25/2) memastikan Persiku Kudus menjadi pemuncak di
klasemen akhir Play Off Degradasi Grup J. Torehan tersebut sudah cukup bagi
Persiku Kudus untuk mengamankan satu kursi di Liga dua musim depan.
Bukan musim yang mudah. 15
September 2024 sampai dengan 25 Februari 2025 merupakan periode kompetisi yang
berat bagi Persiku Kudus. Berbagai macam dinamika datang silih berganti. Performa
buruk di fase reguler cukup membuat suporter muak. Terjadi demo sana-sini,
bahkan hampir setiap pasca laga selalu diwarnai demonstrasi oleh suporter di
luar stadion. Bahkan saat laga Persiku Kudus melawan Adhyaksa FC pada 19
Desember 2024, suporter melakukan aksi boikot dan mengkosongkan tribun utara sebagai
bentuk protes.
Beberapa pelatih pun tercatat datang silih berganti menangani tim ini. Sepanjang musim 2024/2025, total
Persiku Kudus sudah ditangani oleh empat nahkoda sekaligus. Dimulai dari Sudirman,
kemudian digantikan oleh caretaker Awaludin, kemudian datang Bonggo Pribadi,
hingga yang terakhir Alfiat.
Pergantian pelatih di babak
reguler ternyata tidak menjadi solusi instan bagi Persiku Kudus. Performa Persiku
Kudus tak kunjung menunjukan peningkatan. Bahkan di klasemen akhir babak
reguler, Persiku Kudus hanya menempati peringkat dua terbawah. Sebuah ironi
bagi persepakbolaan Kudus.
Hanya Alfiat, sosok yang mampu menjadi pembeda. Alfiat datang di saat Persiku Kudus hanya menyisakan empat laga saja. Empat laga tersebut dilalui dengan gemilang. Tiga kali menang, satu kali seri dan tidak pernah terkalahkan menjadi catatan manis yang singkat bagi Coach Alfiat bersama Persiku Kudus. Hasil tersebut sudah cukup membawa Persiku Kudus bertahan di Liga 2 untuk musim depan.
Selain pergantian pelatih,
tercatat dimusim ini Persiku Kudus juga mengalami gonta-ganti manajer. Manajer
Ilham di pertengahan musim terkena reshuffle dan diturunkan pangkatnya menjadi
wakil manajer. Kemudian, Denny Rumba ditunjuk menjadi manajer yang baru. Tak
berselang lama, terjadi reshufle manajer kembali di tubuh tim. Fajrul Affi ditunjuk menjadi manajer,
sedangkan Denny Rumba dialihkan menjadi asisten pelatih.
Perekruan pemain yang asal-asalan
disinyalir menjadi faktor utama buruknya performa Persiku Kudus di babak
reguler. Terutama pemain-pemain di sektor depan. Striker mandul yang
menyebabkan miskinnya produktifitas gol Persiku Kudus menjadi wabah penyakit
serius Macan Muria di musim ini. Striker Rony Maza di awal musim berhasil
menyakinkan publik Kudus dengan mencetak satu gol di laga perdana. Namun,
selanjutnya kran gol Ronny Maza selalu macet. Sempat mencetak satu gol saat
menghadapi Nusantara United. Itu merupakan gol terakhir Ronny Maza bagi Persiku
Kudus di musim ini sebelum pada akhirnya di loan ke Rans Nusantara.
Coach Bonggo bahkan secara
terang-terangan mengeluhkan kualitas lini depan Persiku Kudus. Bonggo dalam
konferensi pers pasca melawan Persipa Pati mengatakan bahwa dalam sepak bola
kalau tidak mampu mencetak gol ya susah. Kira-kira seperti itu keluhan sosok
Bonggo Pribadi.
Kito Chandra lebih parah lagi.
Sebagai striker, ia hanya mencetak satu gol dalam kurun waktu satu musim. Sudah
ratusan menit Kito diberi kepercayaan oleh pelatih, namun Kito tak kunjung
menampilkan performa sesuai jobdesk nya sebagai striker. Penonton di Stadion
Wergu Wetan Kudus pun selama semusim belum pernah bersorak menyaksikan Kito
mencetak gol di kandang sendiri. Satu-satunya gol Kito Chandra adalah saat
Persiku Kudus bertandang ke Slawi pada babak reguler melawan Persekat Tegal. Saat itu Persiku Kudus kalah dengan
skor 2-1.
Pada akhirnya Persiku Kudus gagal promosi ke Liga 1 namun gagal pula terdegradasi ke Liga 3. Kita memang gagal mendaki puncak, namun kita berhasil selamat dari longsor di tepian jurang. Semoga musim yang berat ini menjadi pelajaran berharga bagi para petinggi Persiku Kudus. Harapannya, semoga musim depan tim ini dapat lebih berprestasi lagi.
