Jenangbledeg - Jobdesk seorang striker adalah mencetak gol. Hal tersebut
sudah tidak dapat diganggu gugat dan tidak dapat diperdebatkan lagi. Semua tim
sepak bola diseluruh dunia sangat bergantung pada sosok striker dalam hal
mencetak gol dalam misi meraih kemenangan. Itulah sebabnya tim sepak bola biasanya berlomba-lomba merekrut striker-striker top agar kebutuhan tim dalam mencetak
gol dapat terpenuhi.
Persiku Kudus dalam catatan sejarah sebenarnya memiliki
beberapa sosok striker lokal tajam. Sebut saja Ribut Waidi, Bambang Harsoyo,
Agus Santiko, Rudi Widodo, Suparyo, Solikhul Islam dan lain-lain. Mereka berperan
cukup vital dan menjadi predator pembunuh di eranya masing-masing.
Era Liga 2 2024/2025, Persiku Kudus menjatuhkan pilihan slot
striker lokal kepada Kito Chandra. Seorang striker yang sudah malang melintang
bersama beberapa klub di Liga 1. Sejak didatangkan dan diumumkan secara resmi oleh
Manajer Ilham lewat sosial media klub, publik Kudus banyak menaruh harapan pada
sosok striker ini. Pengalaman dan jam terbang Kito sangat dibutuhkan Persiku
Kudus dalam mencetak gol dan meraih kemenangan.
Pertandingan-demi pertandingan sudah dijalani. Namun problem
Persiku Kudus tetap saja sama, yakni kesulitan dalam mencetak gol. Selama beberapa
pekan di babak reguler Liga 2 24/25, Persiku Kudus seringkali menjadi tim dengan
predikat produktifitas gol terburuk dari semua tim kontestan. Tentu ini menjadi
aib yang memalukan dan berdampak pada buruknya peringkat di klasemen.
Kito Chandra sejak awal musim tampak amat kesusahan dalam produktifitas gol. Sejak era Sudirman, Caretaker Awaludin hingga era Bonggo Pribadi, total sudah ratusan menit Kito diberi kepercayaan. Sudah beberapa kali pula Kito dipercaya menjadi starter. Namun dari beberapa kali kesempatan hanya sebiji gol yang berhasil dia lesatkan. Satu-satunya gol yang ia cetak adalah saat Persiku Kudus bertandang ke markas Persekat pada babak grup. Itu pun tidak banyak membantu tim. Persiku Kudus tetap saja kalah 2-1 atas tuan rumah.
Sebagai ujung tombak di lini depan, peluang yang diciptakan Kito
seringkali tidak terlalu membahayakan bagi kiper lawan. Selain itu, perannya menjadi
sosok striker pemantul pun masih belum terlihat maksimal. Beberapa kali
kesalahan elementer banyak dilakukan. Salah dalam pengambilan keputusan dan luput dalam mengontrol bola saat momen krusial pun sering dilakukan
dibeberapa laga.
Beberapa kali pula Kito dimasukkan dari bangku cadangan sebagai super sub di babak reguler dan Play Off degradasi. Harapannya, saat tim sedang mengalami kebuntuan, Kito dapat menjadi pembeda di tubuh tim. Namun masuknya Kito sebagai supersub nyatanya tidak membawa dampak apapun terhadap hasil akhir. Bahkan saat melawan Persewar, Kito dimasukkan sebagai super sub menit 38' namun dikeluarkan kembali pada menit 67'. Sebuah indikasi yang cukup nyata bahwa Kito tidak membawa dampak apa-apa.
Terdapat momen lucu saat Persiku Kudus bertandang ke
Bojonegoro. Pada babak pertama, ada salah satu momen dimana Persiku Kudus mendapatkan kesempatan throw
in di area sisi kiri pertahanan Persibo Bojonegoro. Saat pelempar bola dari Persiku Kudus tampak kebingungan
untuk melepas bola, Kito tampak diteriaki oleh Jajang Mulyana agar mau bergerak dan
membuka ruang. “Kito gerak kito!” teriak Jajang dengan lantang. Sebuah momen
konyol dimana seorang striker yang harusnya memiliki skill basic untuk bergerak
dan membuka ruang harus diteriaki oleh rekannya terlebih dahulu agar mau bergerak dan
membuka ruang. Teranyar, adalah saat laga melawan Persekat kemarin. Sebagai supersub,
jangankan mencetak gol, mencetak peluang berbahaya pun sama sekali tidak
sanggup.
Tulisan ini sebagai bentuk kritikan keras kepada Kito Chandra
sang pemilik sebiji gol dalam kurun waktu hampir semusim. Tugasmu sekarang
adalah membuktikan bahwa kritikan ini salah besar. Silahkan balas kritikan ini
dengan cetak gol dan berselebrasi sebanyak mungkin di sisa laga, lalu bawa
Persiku Kudus bertahan di Liga 2. Namun jika tidak mau dikiritik atas capianmu sekarang ini, silahkan
tinggalkan pekerjaanmu sebagai seorang striker.
