Pepatah Jawa mengatakan “jer basuki mowo bea” bisa diartikan untuk mendulang sukses butuh biaya dan pengorbanan yang tidak sedikit. Padahal selama ini-terus terang- justru masalah finansial menjadi batu sandungan tim jebolan Perserikatan semacam Persiku Kudus. Pendanaan suatu klub sepakbola entah tingkat nasional atau internasional jelas menyerap uang tidak sedikit. Sebagai gambaran klub Persija Jakarta saban tahun diguyur Gubernur Sutiyoso senilai Rp 40 miliar Mungkin kita pusing membayangkan pengeluaran biaya klub seperti Liverpool.
Sumber dana klub internasional dari penjualan tiket terusan, hak siar televisi, menchardise/pernik-pernik klub seperti kaos, syal, gantungan kunci sampai gelas dan asbak bergambar klub. Sementara banyak klub di Tanah Air menggantungkan hidup dari dana APBD atau sumbangan donatur.
Kelemahan pengelolaan klub di Tanah Air adalah tidak berani melakukan inovasi pendanaan. Buntutnya pentas sepakbola profesional di Tanah Air berjalan lambat. Tidak terkecuali Persiku. Nasib sebuah klub tergantung APBD jelas tidak sehat. Pertimbangan politis penguasa daerah amat kental mewarnai perjalanan klub.
Sementara penjualan klub semodel Persiku bukan jalan bijak. Karena Persiku pada hakekatnya milik masyarakat bukan perorangan atau yayasan seperti Arema Malang. Kebijakan win-win solution perlu dipikirkan demi menyelamatkan nama baik Persiku Macan Muria Kudus.
Sejak 10 tahun silam sudah terdengar nada nyaring Persiku akan diambilalih sebuah perusahaan raksasa yang bergerak dibidang industri rokok kretek. Wacana ini perlu ditindaklanjuti karena menguntungkan banyak pihak. Namun entah kenapa wacana itu lenyap ditiup angin.
Tanpa penjelasan njlimet banyak pihak tahu bahwa yang dimaksud adalah PR (Perusahaan Rokok) Djarum. Ya apa salahnya Djarum mengambilalih kepemilikan Persiku.Djarum juga punya sasaran market penggemar fanatik sepakbola. Seandainya Djarum jadi meng-take over Macan Muria tanggungjawab Pemkab jadi ringan. Tentu sebuah peruhaan swasta sudi beri dana karena mereka butuh brand image positif. Dalam bahasa lain perusahaan tersebut butuh media untuk mengiklankan hasil produk langsung ke tangan konsumen.
Beberapa tahun kedepan iklan rokok akan semakin dibatasi. Setelah dibatasi dimedia cetak dan elektronik iklan rokok nanti tidak boleh bergerak bebas diruang terbuka. Tanpa iklan industri rokok akan kehilangan konsumen. Di Kudus rokok menyerap tenaga kerja ratusan ribu orang.
Industri rokok guncang ekonomi rakyat Kudus kena imbas juga. Jika take over terlaksana Pemkab tidak perlu kehilangan muka kalau saja Persiku berganti baju. Sebagai pemilik utama perusahaan swasta pasti merombak nama tim demi kepentingan bisnis. “Persiku Super Soccer Kudus” menjadi jawaban win-win solution yang menguntungkan semua pihak. Dari kaca mata masyarakat nama baru tanpa menanggalkan sejarah bahwa Persiku tetap milik wong Kudus. Super Soccer dipilih karena sudah jadi brand image dan dan dikenal luas konsumen.
Sementara penggemar fanatik bisa mengusung nama Super Soccer Mania yang terdiri dari beberapa laskar. Nanti masyarakat Kudus harus rela diatur manejemen baru yang pasti beda dengan pemilik lama. Modal tentu berusaha dikembalikan. Penjualan tiket tentu diefektifkan. Jangan semodel manejemen Persiku sekarang longgar mengeluarkan karcis bebas.
Aturan tegas dan jelas perlu didukung demi kebaikan perjalanan Persiku diisendiri. Misalkan sebuah penerbit cukup diberi 2 karcis bebas untuk wartawan berita dan foto. Sekarang ini saat Persiku main kandang dari bos sampai tukang sapu ramai-ramai nonton gratis.
Jika gagasan “Persiku Super Soccer Kudus” terwujud, alokasi dana APBD untuk sepakbola bisa dialihkan. Sedang manajemen baru bisa mengiklankan hasil produknya melalui sarana sepakbola. Perlu diingat sampai detik ini sepakbola tetap olahraga favorit di Tanah Air. Bagaimanapun Persiku perlu perombakan manajemen. Persiku bukan milik segelintir pengurus. Jangan sampai Persiku digerogoti pihak tak bertanggungjawab. Untuk itu tidak salahnya kita ucapkan welcome “Persiku Super Soccer Kudus”.
By: M Basuki Sugita (2008)
MENGGAGAS "PERSIKU SUPER SOCCER KUDUS"
Reviewed by jenang bledeg
on
Desember 25, 2019
Rating:
