oleh : Andre Kurniawan
Jenangbledeg - “Tribun timur tempatku berdiri,
segala rasa tertumpah disini”. Begitulah penggalan refrain lirik lagu berjudul “Tribun Timur” yang dilantunkan band lokal Kudus “Menuju Utara”. Tribun
timur yang dimaksud dalam lagu tersebut adalah bangunan tempat duduk penonton
yang berada di sisi timur stadion Wergu
Wetan Kudus. Tribun ini biasanya dipenuhi ribuan suporter dan menjadi
pusat dari kebisingan setiap Persiku berlaga. Tak heran pula seketika warna tribun timur yang kusam dan berkerak berubah menjadi biru oleh
lautan suporter.
Tribun timur sebenarnya bukan termasuk dalam struktur awal bangunan stadion Wergu Wetan. Tribun yang di masa kini lebih familiar dengan sebutan “tribun SMM” ini merupakan bangunan susulan karena semenjak diresmikan tahun 1987, stadion Wergu Wetan hanyalah lapangan bola yang di kelilingi tembok dan hanya terdapat tribun tertutup di sisi barat. Terdapat gundukan tanah di sebelah kiri dan kanan tribun yang biasa digunakan penonton sebagai tempat duduk alternatif (sekarang tribun Ngahwo & tribun Basoka). Sedangkan disisi timur, utara dan selatan hanyalah tanah datar yang ditumbuhi rerumputan dan pohon cemara yang mengelilingi stadion menambah kesan asri khas stadion-stadion pantura Jawa Tengah.
Wacana penambahan tribun baru mencuat di akhir tahun 1993 atau 6 tahun pasca Stadion Wergu Wetan diresmikan. Seiring prestasi Persiku yang semakin meningkat, diperlukan pula peningkatan dari sisi sarana dan prasarana pendukung. Melalui usulan dari DPRD Kudus komisi D kepada pihak Eksekutif, penyempurnaan stadion Wergu Wetan saat itu dinilai sangat mendesak. Stadion Wergu Wetan dipandang sudah tidak layak untuk menampung luapan penonton. Logikanya, di kompetisi Divisi I Perserikatan (kasta kedua) yang baru usai saja penonton yang datang sudah membludak, apalagi nanti saat Persiku berlaga di Divisi Utama perserikatan (kasta tertinggi).
Memasuki tahun 1994, oleh Pemda Kudus diputuskan bahwa stadion Wergu Wetan akan dilakukan penambahan tribun guna kepentingan penambahan kapasitas tempat duduk. Penambahan tribun baru diletakkan disisi timur lapangan. Dibangunlah tribun timur yang terdiri dari 10 trap keatas dan memanjang dari sudut selatan hingga ke sudut utara lapangan.
Selain untuk penambahan kapasitas, harapannya dengan penambahan tribun timur ini para penonton
akan lebih termanjakan dalam menikmati pertandingan. Jika sebelumnya penonton hanya
bisa berdiri berdesak desakan di atas rerumputan tanah, dengan adanya tribun
baru, penonton nantinya dapat bertengger di trap-trap tribun dengan nyaman tanpa
harus terhalang satu sama lain.
Di tengah pembangunan tribun yang
masih berjalan, terdengar sayup-sayup kabar dari pusat bawasanya PSSI akan
melebur dua kompetisi elit yang ada, yakni Galatama dan Perserikatan. Tim-tim kasta
teratas Galatama dan Perserikatan akan di lebur menjadi satu wadah bernama Liga
Indonesia yang merupakan embrio kompetisi liga 1 saat ini. Pembangunan tribun
timur stadion Wergu Wetan yang semula direncanakan guna menyambut kompetisi
Divisi Utama Perserikatan diluar dugaan justru akan menjadi panggung perhelatan
akbar kompetisi elit model baru. Artinya, tribun ini tidak hanya menjadi saksi
bisu dari lika-liku sejarah sepak bola lokal Kudus, namun juga menjadi saksi sejarah
dari penyelenggaraan kompetisi model baru di Indonesia. Menjadi panggung dari pagelaran
akbar sepakbola elit nasional, tempat dimana Persiku akan menjamu tamu-tamunya.
Penambahan tribun di sisi timur
ini mengubah wajah stadion kebanggaan warga Kudus secara signifikan dan menjadikan Wergu Wetan menjadi salah satu stadion paling representatif di Jawa tengah pada masanya. Masyarakat pecinta
bola Kudus pun kian sumringah setelah Wergu Wetan dinyatakan layak dan memenuhi
syarat untuk menggelar pertandingan liga kasta tertinggi termasuk untuk keperluan
siaran broadcast televisi oleh tim verifikasi liga. Namun dengan masih meninggalkan
berbagai macam catatan seperti pertandingan tidak bisa digelar pada malam hari karena ketiadaan lampu penerangan dan kualitas lapangan yang cenderung keras. Walaupun
demikian, masyarakat Kudus patut berbangga karena stadion Wergu Wetan saat itu sudah
bisa berdiri sejajar dengan stadion-stadion elit kasta tertinggi lain di Jateng
macam Sriwedari Markas Arseto, Stadion Citarum markas BPD Jateng, Stadion
Jatidiri markas PSIS Semarang dan Stadion Krida markas PSIR Rembang.
Era telah berganti, tribun yang
dulunya sangat representatif lambat laun sudah mulai memudar dan layu termakan zaman
seiring dengan memudarnya prestasi si penghuni. Rumput
liar & ilalang menjadi pemandangan lumrah saat menonton pertandingan di tribun.
Bahkan kerak & lumut sangat tumbuh subur di tribun timur. Ditambah dengan
pemandangan pagar besi berkarat seakan menambah kesan kumuh dan seram.
Kini di usia yang menginjak 26 tahun, tribun timur mulai dibongkar dan akan di tata ulang mengikuti
perkembangan zaman. Harapannya semoga pembangunan ulang tribun ini benar-benar
disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan zaman dari segala sisi, termasuk
dari sisi desain. Mengingat pada pembangunan sebelumnya yakni tribun utara dan
selatan banyak sekali menuai kritik. Bahkan sempat pula viral di jagad dunia maya dan
menjadi bahan bully-an oleh banyak pihak karena bentuknya yang terkesan
aneh dan tidak lumrah untuk ukuran bangunan tribun stadion sepakbola.
referensi pendukung:
Suara Merdeka, 1993
