KUMPULAN MUDA-MUDI NEKAT TEROBOS KASTA TERTINGGI

by: Andre Kurniawan


Jenangbledeg - Peran pemain muda di beberapa tim sepakbola memiliki pengaruh yang signnifikan. Walaupun kadang masih labil dan cenderung inkonsisten karena berbagai macam faktor.  Minimnya jam terbang dan emosi yang sering lepas kontrol membuat seorang pelatih berfikir dua kali dalam menurunkan pemain-pemain muda. Namun begitu, suntikan energi pemain-pemain muda dalam beberapa situasi seringkali dibutuhkan.

Tahun 1994/1995 adalah tahun bersejarah bagi Persiku Kudus. Tahun dimana kali pertama sekaligus kali terakhir Persiku berhasil tembus ke panggung kasta tertinggi Liga Indonesia dan bersaing dengan klub-klub elit lainnya di Indonesia.

Persiku datang ke Liga Indonesia 1994/1995 sebagai tim underdog. Bahkan tim asuhan Riono Asnan hanya mengandalkan pemain-pemain lokal dan sama sekali tidak menggunakan jasa pemain asing. Kerangka skuat yang dimiliki Riono Asnan di Liga Dunhill 1994/1995 adalah mayoritas alumni Persiku Divisi I Perserikatan 1993 yang meloloskan tim kota kretek menuju kasta tertinggi. Mayoritas dari mereka adalah para putra daerah asli Kudus.

Satu dari sekian hal yang mengejutkan banyak pihak saat itu adalah manakala Riono Asnan dengan berani memberikan kepercayaan kepada pemain-pemain usia muda. Pemain muda sangat mendominasi dalam susunan awal nama-nama pemain yang didaftarkan pihak Persiku ke operator liga. Berdasarkan data statistik yang berhasil dihimpun jenangbledeg, rata-rata usia pemain Persiku dalam mengarungi kompetisi Liga Dunhill 1994/1995 per tahun 1994 adalah berkisar 21.7 tahun. Sebuah angka yang tergolong belia dan cukup nekat untuk sebuah tim yang berkompetisi di level atas sebuah liga. Bahkan beberapa ada yang masih berusia under 20.

Bandingkan saja dengan tim sekaliber Persib Bandung, tim kota kembang memiliki stok pemain dengan usia rata-rata adalah 26.4 dengan 4 pemain yang sudah berkepala tiga. Atau tengoklah  PS Warna Agung Jakarta. Klub alumni Galatama ini memiliki pemain dengan rata-rata usia 25.4 dengan dua orang pemain yang sudah berkepala tiga dan beberapa merupakan nama-nama impor.

Sosok familiar seperti Bambang harsoyo saja saat bermain di Liga Dunhill masih berusia di angka 21 tahun. Sedangan pemain lain seperti Agus Santiko saat mengabdi di kasta tertinggi berada di usia 22 tahun. Sepanjang satu musim kompetisi, keduanya menjadi langganan starting XI dan merupakan sosok vital yang menjadi tiang penyangga bagi organisasi permainan tim.

Hanya seorang Wijiono, sosok pemain senior yang menjadi mentor bagi pemain-pemain muda Persiku Kudus. Pemain senior yang berposisi sebagai bek ini sudah membela Persiku sejak tahun 1980-an. Selain menjadi kapten tim, tugas Wijiono adalah sebagai “penetralisir” sekaligus menjadi sosok yang “dituakan” bagi pemain-pemain muda. Mengingat usianya yang sudah berkepala tiga yakni 32 tahun. Sebuah usia yang cukup senja untuk ukuran pemain sepak bola.

Alhasil diklasemen akhir, dengan segala kenekatannya, skuat muda-mudi Persiku menempati posisi 12 dari 17 tim di wilayah barat. Sebuah pencapaian yang cukup epic untuk ukuran tim promosi. Peringkat Persiku bahkan masih lebih baik ketimbang tim-tim berpengalaman macam Persija Jakarta, BPD Jateng, Persijatim, PS Bengkulu dan PS Warna Agung Jakarta. 

Hal tersebut menjadi pembuktian bahwasanya peran pemain muda tidak dapat dipandang sepele. Pemain muda putra daerah nyatanya mampu berbicara banyak di level nasional. fakta tersebut juga mencerminkan pembinaan usia muda di Kabupaten Kudus saat itu berjalan baik. Didukung sentuhan tangan dingin dan kepercayaan Riono Asnan terhadap pemain muda, semakin menambah ganas jiwa-jiwa yang baru lepas pubertas.


sumber terkait:
arsip Taman Apsari No.11 Surabaya
KUMPULAN MUDA-MUDI NEKAT TEROBOS KASTA TERTINGGI KUMPULAN MUDA-MUDI NEKAT TEROBOS KASTA TERTINGGI Reviewed by Jenang Bledeg on Oktober 28, 2020 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.