Andre Kurniawan
![]() |
Degradasi Haram Foto: Roho |
Jenangbledeg - Sabtu, 23 Agustus 2014. Kala itu pertandingan terakhir babak grup antara Persiku Kudus melawan PSIR Rembang di Stadion Krida Rembang bertajuk Divisi Utama 2014. Berdasarkan
situasi di klasemen, Persiku Kudus wajib menang untuk mengamankan posisinya
agar menjauh dari zona merah. Namun apa boleh dikata, Persiku Kudus harus
takluk dari tuan rumah dengan skor 2-0. Hasil yang membuat Persiku Kudus
harus mengakhiri musim di peringkat 7 dari 8 peserta. Sesuai regulasi,
2 tim terbawah harus terdegradasi ke kasta ketiga.
Pasca mengalami pahitnya degradasi musim 2014, pada musim
2015 Fans Persiku Kudus berharap Macan Muria segera kembali ke habitanya. Saat Liga Nusantara baru saja digulirkan, fans Persiku Kudus harus
disuguhi konflik elit yang melibatkan federasi dan pemerintah yang menyebabkan turunnya
sanksi FIFA. Kondisi tersebut menyebabkan kompetisi yang baru berjalan beberapa
pekan harus terhenti. Pupus sudah harapan masyarakat Kudus untuk naik kasta.
Selang semusim berikutnya yakni musim 2016, Persiku Kudus tampil
cukup baik di liga kasta ketiga yang saat itu bernama ISC C. Persiku Kudus
melesat hingga 4 besar nasional. Namun sayang, kompetisi saat itu berjalan saat
sanksi FIFA masih berlangsung. Sehingga status kompetisi adalah kompetisi tidak resmi. Tragis, tidak ada kebijakan promosi-degradasi di segala jenjang. Mimpi untuk naik
kasta pun kembali pupus.
Selanjutnya, musim demi musim terus dilalui. Persiku Kudus
tidak pernah absen berkompetisi. Namun fans selalu saja disajikan pepesan
kosong. Janji-janji yang selalu manis diawal selalu berakhir dengan kepahitan.
Musim terus berganti, obralan janji akan promosi ke kasta
kedua terus saja ditawarkan, namun diakhir musim tetap saja dengan slogan “coba
lagi tahun depan”. Kucuran dana APBD mengalir deras bak sungai, namun tidak
berbanding lurus dengan hasil yang dicapai. Beberapa kali menjuarai regional
Jateng pun sama sekali tidak menjadi jaminan.
Sepuluh tahun berada dalam jurang pesakitan, musim 24/25
fans diberi kesempatan oleh tuhan untuk kembali
menyaksikan kebanggannya di kasta kedua. Kegembiraan tiada tara mulai menggelora.
Lepas sudah 10 tahun hidup merana. Namun, Performa tim sepanjang musim sangat
biasa-biasa saja. Menang masih menjadi sesuatu yang langka. Lini depan mandul
dan beberapa kali menjadi tim dengan catatan produktifitas gol terburuk di Liga
2.
Padahal sepanjang musim tidak pernah ada rumor negatif soal
pembayaran gaji pemain. Berbeda dengan tim-tim macam Sriwijaya FC ataupun
Persikabo. Artinya, apabila ditelaah
secara awam, di tim Persiku Kudus tidak pernah ada permasalahan soal gaji di
musim ini. Sponsor-sponsor besar nan mentereng menghiasi di setiap bagian
jersey, namun di klasemen akhir hanya bertengger satu tingkat diatas juru
kunci. Sponsor elit menang sulit.
Persiku Kudus pada akhirnya masih diberi nafas dengan adanya Play Off
degradasi. Lawan-lawan berat sudah menanti. Fans hanya berharap satu, tolong
perjuangkan agar tetap stay. Tolong jangan degradasi. Degradasi itu
menyakitkan. Degradasi itu pahit, tolong jangan ulangi.
